MUSÉE DU PARFUM – PARIS – FRANCE
Paris
memang bukanlah kota yang memiliki industri parfum, namun tak dapat disangkal
dengan statusnya sebagai kota mode maka tak akan sulit menemukan toko parfum –
dengan label perancang ternama atau parfum-parfum yang dijual di pasar
tradisional. Coba cermati juga saat seorang wanita Paris berpakaian chic
melintas selalu tercium aroma wewangian yang sepertinya dipilih sesuai dengan
kepribadiannya.
Kota
penghasil parfum memang bukan Paris melainkan Grasse, suatu kota kecil di
pinggiran Cote d’Azur. Salah satu perusahaan keluarga yang memiliki industri
parfum terbesar di Perancis adalah Fragonard. Industri parfumnya di Grasse dan
Eze sudah ada sejak tahun 1782 dan masih bertahan hingga kini memproduksi
berbagai jenis wewangian yang produknya sudah mendunia.
Untuk
tujuan dokumentasi dan pameran (serta pemasaran, tentunya) Fragonard membeli
sebuah rumah berlantai dua di Rue Scribe, tak jauh dari Opera Garnier dan
menjadikannya sebuah museum yang berisi perjalanan wewangian di seluruh dunia
sejak 3000 tahun yang lalu dan perkembangannya hingga jaman modern.
Pastikan
dahulu sebelum mengunjungi museum ini anda tidak sedang influenza atau
mengalami gangguan pernafasan karena akan sangat rugi jika tidak merasakan
wanginya ekstrak bunga dan tumbuh-tumbuhan serta biji-bijian yang menjadi bahan
dasar parfum ini.
Musée du
Parfum buka sepanjang hari (bahkan di hari libur!) dan Anda akan dipandu oleh
pegawai museum yang akan menjelaskan tentang sejarah parfum dan koleksi museum
dengan detail, tanpa dipungut biaya. Tentu saja Anda dapat memilih untuk
berkeliling sendiri tanpa pemandu, berbekal buku panduan museum yang bisa
diperoleh di resepsionis.
Perjalanan
dimulai dengan sedikit perkenalan tentang darimana datangnya bahan untuk
membuat parfum: buah dan bunga dari seluruh dunia serta beberapa jenis
wewangian yang dibuat dari material langka. Kemudian sejarah parfum pun
berlanjut ke ribuan tahun sebelum Masehi, saat parfum mulai dibuat dan dipakai
di Mesir hingga abad pertengahan dan masa sekarang.
Sambil
membayangkan Cleopatra, Marie Antoinette hingga Carla Bruni bersolek di depan
cermin dan memilih-milih parfum yang akan mereka pakai silakan memanjakan mata
dengan melihat deret-deret display kaca berisi botol-botol parfum dari berbagai
jaman.
Sebagian
botol parfum dilengkapi dengan bola penyemprot, beberapa lagi berukuran sebesar
korek api agar mudah dibawa kemana-mana. Di sini juga dijelaskan bagaimana
parfum berkembang sebagai produk kesehatan hingga barang mewah serta bagaimana
sebuah wewangian dapat menjelaskan karakteristik pemakainya.
Satu set
alat pemroses parfum juga dipamerkan di museum ini, berupa tabung besar dengan
selang-selang dan tabung yang lebih kecil – sepertinya berfungsi sebagai
pendingin. Alat ini adalah alat yang dipakai di industri parfum untuk memroses
bunga, buah dan dedaunan untuk diekstrak menjadi bibit parfum dan bagaimana
bibit parfum tersebut diolah lebih lanjut oleh para peneliti sehingga
terciptalah beberapa parfum dengan aroma yang berbeda meskipun dari bibit yang
sama.
Dijelaskan
juga di sini bagaimana proses pencampuran bahan-bahan tambahan dalam sebuah
“resep” parfum serta mengapa ada jenis-jenis wewangian yang berbeda: body mist,
eau de toilette, eau de parfum dan lain sebagainya.
Pada
akhirnya pengunjung akan mengerti mengapa sebuah parfum yang wanginya
benar-benar enak dan tahan lama sering kali dibanderol dengan harga yang sangat
mahal – sebagai contoh, dibutuhkan 200 kilogram bunga lavender segar (harus
segar dan bermutu bagus!) untuk menghasilkan 1 kg ekstrak bunga lavender
sebagai bibit parfum.
Obyek
pameran lainnya yang cukup menarik di Musée de Parfum ini adalah orgue a parfum
(perfume organ), yaitu deretan botol-botol parfum dalam rak bersusun tujuh –
bentuknya mirip dengan keyboard organ manual bersisi tiga dengan sebuah
timbangan di tengah-tengahnya. Timbangan ini adalah properti yang digunakan
oleh para pembuat parfum untuk menimbang bahan dasar parfum yang akan
dihasilkan.
Sebenarnya
sejarah parfum di Perancis dimulai sekitar abad ke-17. Istana Raja Louis XV
dikenal memiliki bau yang tidak sedap sehingga para pelayannya harus
rajin-rajin menyemprotkan wewangian ke seluruh bagian istana untuk menutupi bau
tersebut. Dari sinilah sebutan “la cour parfumme” (Court of Perfume) berasal,
julukan khas yang diberikan untuk istana sang raja.
Jika sudah
puas melihat-lihat koleksi museum, tak jauh dari pintu keluar ada toko parfum
milik Fragonard.
Di tempat
ini seberapa tajam penciuman Anda dapat diuji dengan permainan mencocokkan
aroma parfum. Sederet parfum yang pernah dan masih menjadi produk dari industri
parfum milik Fragonard juga dipamerkan di sini untuk mengetahui seperti apa
perkembangan Fragonard dan produknya dari masa ke masa.
Hei,
karena ini toko parfum mengapa tidak sekalian membeli beberapa parfum atau
sabun beraroma super wangi yang cocok dengan penciuman Anda? Di toko ini Anda
dapat membeli produk Fragonard dengan harga pabrik yang jauh lebih murah
daripada jika membelinya di toko-toko parfum.
Musée du
Parfum buka setiap hari Senin – Sabtu mulai pukul 09.00 pagi sampai dengan
pukul 18.00 petang, sedangkan pada hari Minggu dan hari libur nasional museum
ini tetap buka pada jam yang sama namun tutup lebih awal yaitu pukul 17.00
petang. Tidak ada tiket masuknya memang, namun bagi para pemegang Paris Museum
Pass tunjukkan saja kartu Anda di resepsionis untuk ditukar dengan souvenir.
Bagi
rombongan beranggotakan 10-21 orang yang berminat untuk mengikuti workshop
pembuatan parfum dapat mendaftar di tempat ini dengan membayar biaya 64 Euro
per orang. Workshop dengan durasi 2,5 jam ini mencakup pelajaran tentang
sejarah parfum dan kesempatan untuk membuat parfum dengan formula sesuai
selera. Di akhir workshop, peserta dapat membawa pulang 100 ml parfum
ciptaannya sendiri.