Selasa, 06 September 2016

MUSEE DU PARFUM - PARIS - FRANCE

MUSÉE DU PARFUM – PARIS – FRANCE

Paris memang bukanlah kota yang memiliki industri parfum, namun tak dapat disangkal dengan statusnya sebagai kota mode maka tak akan sulit menemukan toko parfum – dengan label perancang ternama atau parfum-parfum yang dijual di pasar tradisional. Coba cermati juga saat seorang wanita Paris berpakaian chic melintas selalu tercium aroma wewangian yang sepertinya dipilih sesuai dengan kepribadiannya.

Kota penghasil parfum memang bukan Paris melainkan Grasse, suatu kota kecil di pinggiran Cote d’Azur. Salah satu perusahaan keluarga yang memiliki industri parfum terbesar di Perancis adalah Fragonard. Industri parfumnya di Grasse dan Eze sudah ada sejak tahun 1782 dan masih bertahan hingga kini memproduksi berbagai jenis wewangian yang produknya sudah mendunia.

Untuk tujuan dokumentasi dan pameran (serta pemasaran, tentunya) Fragonard membeli sebuah rumah berlantai dua di Rue Scribe, tak jauh dari Opera Garnier dan menjadikannya sebuah museum yang berisi perjalanan wewangian di seluruh dunia sejak 3000 tahun yang lalu dan perkembangannya hingga jaman modern.

Pastikan dahulu sebelum mengunjungi museum ini anda tidak sedang influenza atau mengalami gangguan pernafasan karena akan sangat rugi jika tidak merasakan wanginya ekstrak bunga dan tumbuh-tumbuhan serta biji-bijian yang menjadi bahan dasar parfum ini.

Musée du Parfum buka sepanjang hari (bahkan di hari libur!) dan Anda akan dipandu oleh pegawai museum yang akan menjelaskan tentang sejarah parfum dan koleksi museum dengan detail, tanpa dipungut biaya. Tentu saja Anda dapat memilih untuk berkeliling sendiri tanpa pemandu, berbekal buku panduan museum yang bisa diperoleh di resepsionis.

Perjalanan dimulai dengan sedikit perkenalan tentang darimana datangnya bahan untuk membuat parfum: buah dan bunga dari seluruh dunia serta beberapa jenis wewangian yang dibuat dari material langka. Kemudian sejarah parfum pun berlanjut ke ribuan tahun sebelum Masehi, saat parfum mulai dibuat dan dipakai di Mesir hingga abad pertengahan dan masa sekarang.

Sambil membayangkan Cleopatra, Marie Antoinette hingga Carla Bruni bersolek di depan cermin dan memilih-milih parfum yang akan mereka pakai silakan memanjakan mata dengan melihat deret-deret display kaca berisi botol-botol parfum dari berbagai jaman.

Sebagian botol parfum dilengkapi dengan bola penyemprot, beberapa lagi berukuran sebesar korek api agar mudah dibawa kemana-mana. Di sini juga dijelaskan bagaimana parfum berkembang sebagai produk kesehatan hingga barang mewah serta bagaimana sebuah wewangian dapat menjelaskan karakteristik pemakainya.

Satu set alat pemroses parfum juga dipamerkan di museum ini, berupa tabung besar dengan selang-selang dan tabung yang lebih kecil – sepertinya berfungsi sebagai pendingin. Alat ini adalah alat yang dipakai di industri parfum untuk memroses bunga, buah dan dedaunan untuk diekstrak menjadi bibit parfum dan bagaimana bibit parfum tersebut diolah lebih lanjut oleh para peneliti sehingga terciptalah beberapa parfum dengan aroma yang berbeda meskipun dari bibit yang sama.

Dijelaskan juga di sini bagaimana proses pencampuran bahan-bahan tambahan dalam sebuah “resep” parfum serta mengapa ada jenis-jenis wewangian yang berbeda: body mist, eau de toilette, eau de parfum dan lain sebagainya.

Pada akhirnya pengunjung akan mengerti mengapa sebuah parfum yang wanginya benar-benar enak dan tahan lama sering kali dibanderol dengan harga yang sangat mahal – sebagai contoh, dibutuhkan 200 kilogram bunga lavender segar (harus segar dan bermutu bagus!) untuk menghasilkan 1 kg ekstrak bunga lavender sebagai bibit parfum.

Obyek pameran lainnya yang cukup menarik di Musée de Parfum ini adalah orgue a parfum (perfume organ), yaitu deretan botol-botol parfum dalam rak bersusun tujuh – bentuknya mirip dengan keyboard organ manual bersisi tiga dengan sebuah timbangan di tengah-tengahnya. Timbangan ini adalah properti yang digunakan oleh para pembuat parfum untuk menimbang bahan dasar parfum yang akan dihasilkan.

Sebenarnya sejarah parfum di Perancis dimulai sekitar abad ke-17. Istana Raja Louis XV dikenal memiliki bau yang tidak sedap sehingga para pelayannya harus rajin-rajin menyemprotkan wewangian ke seluruh bagian istana untuk menutupi bau tersebut. Dari sinilah sebutan “la cour parfumme” (Court of Perfume) berasal, julukan khas yang diberikan untuk istana sang raja.
Jika sudah puas melihat-lihat koleksi museum, tak jauh dari pintu keluar ada toko parfum milik Fragonard.

Di tempat ini seberapa tajam penciuman Anda dapat diuji dengan permainan mencocokkan aroma parfum. Sederet parfum yang pernah dan masih menjadi produk dari industri parfum milik Fragonard juga dipamerkan di sini untuk mengetahui seperti apa perkembangan Fragonard dan produknya dari masa ke masa.

Hei, karena ini toko parfum mengapa tidak sekalian membeli beberapa parfum atau sabun beraroma super wangi yang cocok dengan penciuman Anda? Di toko ini Anda dapat membeli produk Fragonard dengan harga pabrik yang jauh lebih murah daripada jika membelinya di toko-toko parfum.

Musée du Parfum buka setiap hari Senin – Sabtu mulai pukul 09.00 pagi sampai dengan pukul 18.00 petang, sedangkan pada hari Minggu dan hari libur nasional museum ini tetap buka pada jam yang sama namun tutup lebih awal yaitu pukul 17.00 petang. Tidak ada tiket masuknya memang, namun bagi para pemegang Paris Museum Pass tunjukkan saja kartu Anda di resepsionis untuk ditukar dengan souvenir.


Bagi rombongan beranggotakan 10-21 orang yang berminat untuk mengikuti workshop pembuatan parfum dapat mendaftar di tempat ini dengan membayar biaya 64 Euro per orang. Workshop dengan durasi 2,5 jam ini mencakup pelajaran tentang sejarah parfum dan kesempatan untuk membuat parfum dengan formula sesuai selera. Di akhir workshop, peserta dapat membawa pulang 100 ml parfum ciptaannya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar